Rabu, 08 Januari 2020

Paroki San Juan Lebao Tengah: Dulu dan Kini

BY Paroki San Juan IN


Sekedar Kilas Balik

Pada tanggal 4 Agustus 1861 Romo J.P.N Sanders, Pr menulis kepada Uskup Vrancken di Batavia: “Saya senang menyampaikan kepada Monsinyur, bahwa saya, dengan pertolongan seorang kepala kampung yang berumur sekitar 30 tahun dan yang belum dipermandikan, berhasil membangun satu Gereja Sint Joan yang dulu. Pada hari Minggu tanggal 14 Juli yang lalu saya memberkati dengan upacara yang meriah mungkin. Esoknya saya mempermandikan 216 orang; antaranya 80 orang dewasa yang berumur 30 sampai 50 tahun”.

Pada periode ini San Juan dikenal dengan nama “Kampong Tengah” atau “Tengah” saja, sebutan untuk 7 kampung: Gege, Lebao, Kampong Tengah, Riang Nyiur (Renio), Tabali (Tebale), Kota Rowido dan Kota Sau, dilayani dari Postoh. Pastor yang datang melayani selalu berganti-ganti. Selain Romo P.J.N Sanders ada juga nama-nama  Romo Gaspar Fransen, Pr; Pater G. Metz, SJ; Pater Zelis; Pater Ten Brink; Pater Leemker; Pater Van Mierlo. Mereka datang mengunjungi, memberi pelajaran agama secukupnya kemudian kemudian mempermandikan atau menerimakan komuni dan Sakramen Perkawinan. Sakramen Krisma terjadi kalau ada kunjungan Uskup dari Batavia.

Situasi umat yang dihadapi oleh Para Pastor saat itu adalah kemiskinan yang membuat umat lebih senang bekerja daripada mengikuti pelajaran agama, sikap acuh karena umat masih bodoh, perang antar kampung, antar suku, antar orang gunung dan orang pantai, adanya rumah setan. Meskipun banyak tantangan dan kesulitan Pastor tetap tekun mengunjungi dan melayani umatnya dengan setia.

Periode selanjutnya disebut dengan nama periode cabang Paroki San Juan (1893-1950). Periode ini ditandai dengan semakin bertambah jumlah umat dan semakin banyak pula umat yang mengikuti pelajaran agama. Di setiap kampong sudah didirikan sebuah rumah kecil untuk tempat pelajaran agama yang kemudian menjadi tori atau kapela. Pater Van Mierlo sudah mulai agak menetap (mengunjungi Tengah secara tetap). Ia mengajak umat untuk mendirikan suatu gereja baru untuk menggantikan gereja lama yang sudah mulai reyot. Model pelayanan masih seperti periode lalu; mengunjungi, memberi pelajaran, mempermandikan, komuni atau perkawinan. Gereja yang dibangun sudah dilengkapi dengan tabernakel. Ada sederetan nama Pastor yang melayani di Tengah antara lain : Pater Hoeberechts, Pater De Nateris, Pater Baack, SVD. Tantangan yang dihadapi pun masih sama di periode yang lalu.

Bulan Mei 1936; Pater Eben, SVD bersama tetua adat mulai menggerakkan umat untuk membangun sebuah gereja yang baru menggantikan gereja yang rusak. Semua umat baik yang sudah dipermandikan maupun yang masih kafir (yang belum dipermandikan) bahu-membahu bekerja membangun gereja itu. Dalam bulan November 1938 gereja yang baru dibangun itu diresmikan pemakaiannya dalam suatu upacara misa.

Menurut catatan di Keuskupan Larantuka, Gereja Lebao Tengah resmi menjadi sebuah Paroki pada tahun 1952. Pada bulan Oktober tahun yang sama ditahbiskan pula imam pertama dari Paroki yaitu Pater Aloysius Louis Diaz, SVD. Sejak berdiri hingga tahun 1978 Pastor Paroki dibantu oleh sebuah badan yang disebut Dewan Gereja. Tugas badan gereja ini adalah membantu Pastor dalam mengurusi harta benda gereja dan kaum papa miskin. Sedangkan dalam hal imam Pastor dibantu oleh guru-guru agama.

Mulai tahun 1978 Paroki San Juan mengenal suatu badan yang disebut Dewan Paroki dengan tugas-tugas yang sama dijalankan oleh Dewan Gereja sebelumnya. Tahun 1983-1988 terbentuklah Dewan Pastoral Paroki San Juan yang pertama dengan dilengkapi Seksi-seksi : Pewartaan, Liturgi, Pendidikan, Sosial Ekonomi, Usaha Dana dan Perlengkapan. Perhatian Dewan tidak saja tertuju pada hal-hal internal yang berhubung dengan persoalan-persoalan tata dunia. 27 Februari 1979 terjadi bencana banjir di Larantuka. Korban banjir dipindahkan ke Weri yang menjadi Wilayah Paroki San Juan. Dengan ini Paroki bertambah 1 stasi. Karena Jumlah umat semakin meningkat dan untuk mendekatkan wilayah pelayanan maka Bapak Uskup Mgr Fransiskus Kopong Kung, PR membuat pemekaran Stasi Weri Menjadi Paroki Santa Maria Pembantu Abadi Weri  yang resmi berdiri secara kanonis pada tanggal 15 Oktober 2005

Pastor-pastor yang berkarya di Paroki San Juan sejak tahun 1952 :
1. P.Jackobus Schneiders, SVD (1952-1957).
Pembentukan Serikat Santa Anna bagi para ibu dan peningkatan peran umat dalam perayaan Ekaristi dengan lagu-lagu Gregorian.

2. P. Jeremias Dewa, SVD (1957-1958).
Pembangunan gedung baru SDK lebao Tengah I menggantikan gedung semi permanen.

3. P. Hubertus Van Eyck, SVD (1958-1959)
Tanggal 15 Agustus 1958 Perayaan Ekaristi Agung oleh Mgr. Gabriel Manek, SVD; dalam rangka pengresmian berdirinya Tarekat PRR. Pater Van Eyck ditugaskan sebagai pembimbing rohani para calon suster.

4. P. Kor Schmith, SVD (1959-1966)
Pastor yang bersemangat, tegas, rajin mengunjungi keluarga-keluarga dan mengenal sungguh keadaan umat, Pembentukan kelompok-kelompok umat gabungan kontas, Menggantikan atap gereja alang-alang dengan seng, Mendirikan SDK Lebao Tengah II.

5. P. Caesar Raval, SVD (1966-1968)
Misionaris asal Philipina yang sangat sederhana dan lemah lembut. Kebiasaan Prosesi Jumad Agung yang secara turun-temurun diikuti oleh umat Paroki ini di Katedral Larantuka, diadakan di Paroki San Juan. Pada tahun 1984 prosesi jumad agung di Paroki San Juan ditiadakan dan umat kembali mengikuti di Larantuka.

6. Rm. Sebastianus Sina Kleden, Pr (1968-1970)
Imam muda yang penuh semangat dan sangat memperhatikan pembinaan kaum muda. Rajin mengunjungi keluarga-keluarga terutama yang bermasalah. Mengadakan bangku tinggi di Gereja.

7. P. Jan Van Asten, SVD (1970-1976)
Pastor yang banyak memperhatikan keluarga-keluarga miskin dan terlantar dan kurang mampu dengan mendatangkan bantuan dari keluarganya sendiri di Belanda. Pengadaan bangku tinggi dilanjutkan sampai penuhkan gereja. Pembangunan gedung SDK Lebao Tengah II dan memindahkan lokasinya di Pantai ke Belakang Gereja.

8. P. Yan Perason, SVD (1976-1978)
Selain sebagai Pastor Lebao juga merangkap stasi Lewotala dan Tugas Delsos. Dalam masa beliau ada perayaan perak imamat Pater Louis Diaz. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh Pastor bersama Konggregasi dan Para Suster untuk membuat aksi panggilan. Banyak anak yang mulai masuk seminari sesudah pesta ini.

9. Rm. Gerardus Muran Korohama, Pr (1978-1983)
Pembukaan SDK Sarotari dan TKK Ade Irma. Pembangunan pastoran dengan konstruksi anti gempa, menyusul terjadinya gempa bumi tahun 1978.

10. Rm. Frans Amanue, Pr (1983-1989)
Imam yang berdisiplin tinggi dan tegas. Selalu tampil membela orang-orang kecil yang menderita ketidakadilan. Membiasakan umat untuk memulai kegiatan tepat waktu termasuk dalam perayaan liturgy.

11. Rm Yoseph Sani Teluma, Pr (1989-1996)
Sebelum menjadi Pastor Paroki beliau telah menjadi Pastor Pembantu sejak tahun 1985. Membangun Pastoran Baru dua lantai dan membangun Gereja Paroki.

12. Rm. Gerardus Toron, Pr (1996-1997)
Banyak gagasan beliau untuk memajukan Paroki ini khususnya pendampingan kaum muda. Tapi banyak yang tidak terlaksana karena harus cepat angkat kaki dari Paroki menuju tugas baru di Komisi Kepemudaan Keuskupan. Membangun taman doa Santa Maria.

13. Rm. Petrus Dua Maing, Pr (1997-2004)
Pastor yang tenang dan sederhana. Membangun lanjut taman doa Santa Maria. Membangun Aula paroki (sedang) dan membangun Pastoran di Stasi Weri (sedang).
Selain para pastor yang disebutkan namanya, juga Diakon dan Frater TOP yang berkarya di Paroki bersama Para Pastor yang menangani Pastoral Kategorial sesuai penugasan dari pastor paroki. Dan ada juga Para Pastor lain dalam status asisten baik tetap maupun tidak tetap.

14. Rm. Bernardus Bala Kerans, Pr (2004-2008)
Mengusahakan pengembangan iman umat dengan Ekaristi di Lingkungan-lingkugan melalui jadwal yang tetap, serta peningkatan peran DPP dalam kegiatan Pastoaral.

15. Rm. Hendrikus Leni, PR (2008-2016)
Melanjutkan karya Pastoral dengan Kunjungan tetap ke KBG dan Lingkungan, mensosialisasikan Program Keuskupan dan Program paroki, meningkatkan pemahaman tentang liturgy gereja, menghidupkan kembali kelompok organisasi gereja  dan melanjutkan kegiatan pembangunan fisik sesuai dengan kebutuhan.

16. Rm. Paschalis Mage Hokeng (2016-….)


San Juan Kini dan Di Sini
Secara geografis wilayah Paroki San Juan Lebao Tengah berada di pesisir pantai yang membentang dari Lingkungan  Kota Sau II, Kelurahan Sarotari Timur sampai Gege, Kelurahan Waihali. Sebelah Timur berbatasan dengan  Paroki Santa Maria Pembantu Abadi Weri sebelah barat  berbatasan dengan Paroki Santu Kornelius Pohon Bao. Secara Pemerintahan Paroki San Juan berada dalam wilayah kecamatan Larantuka, yang meliputi kelurahan Sarotari timur, Sarotari Tengah, Sarotari, Pukentobi Wangibao dan Waihali.  Wilayah Paroki ini datar tanpa gunung tinggi dan bukit rendah. Tanahnya ada yang subur dan ada yang kurang subur. Pada wilayah tanah yang kurang subur digunakan sebagai kebun untuk tanaman umur pendek; padi, jagung, ubi, sayur dan berbagai jenis kacang, namun akhir-akhir ini karena perkembangan jumlah umat/masyarakat maka sebagian wilayah pertanian sudah menjadi wilayah penyebaran penduduk dengan sendirinya memperkecil wilayah pertanian. Laut sepanjang pesisir wilayah Paroki walau sempit namun menyimpan kekayaan yang selalu bisa dinikmati oleh umat baik untuk konsumsi harian maupun untuk dijual.

Sebagian besar umat dengan mata pencaharian Pegawai, Guru, Bertani, Nelayan,   Tukang, Supir, Tukang ojek dan  wiraswasta. Banyak ibu-ibu dan remaja bekerja sebagai penjual sayur, baik dari hasil kebun sendiri mapun hasil kebun orang dan sebagian kecil lagi menjadi Penjual ikan. Penjualan terjadi pada pagi hari di pasar inpres larantuka dan sore hari di pasar “senja” Lebao.

Dari segi keuangan, Paroki San Juan Lebao Tengah dapat dikatakan mampu membiayai seluruh kegiatan Dewan tanpa menerima bantuan dari luar walau selalu ada usaha mencarinya. Dari keadaan keuangan paroki ini dapat dikatakan bahwa kesadaran umat untuk memenuhi kewajiban sangat tinggi. Walaupun masih ada umat yang harus diberi motivasi terus menerus agar dapat memenuhi kewajiban mereka.

Tenaga pastor hingga awal tahun 2020 sebanyak tiga orang imam. RD. Paskalis Mage Hokeng sebagai pastor paroki dan dibantu oleh RD. Silvinus S. Helan dan RD. Hendrikus Sam Dosinaeng.  Dalam melaksanakan tugas pastoral, para pastor dibantu oleh DPP San Juan, komunitas suster-suster PRR, OP, Fransiskanes dan OSA.

Pastor juga membangun kerja sama yang akrab dengan Dewan Pastoral Paroki bersama anggota-anggota seksi dalam dewan, ketua-ketua lingkungan dan ketua-ketua Komunitas Basis Gerejani. Untuk memperlancar pelayanan umat pada umumnya, Paroki mempekerjakan   3 orang  pegawai kantor sekretariat, 2 orang Karyawati pastoran dan 2 orang pelayan tetap di  gereja. Tenaga awam dalam hal ini DPP dan juga banyak awam yang lain bersama para biarawan dan biarawati sangat membantu pastor dalam tugas pelayanan..

Dalam wilayah paroki San Juan terdapat 3 TKK, 4 PAUD, 4 SD, 2 SLTP dan 1 SLTA. Pada tingkat SLTP dan SLTA banyak siswa dari luar paroki yang menetap di di paroki, baik tinggal di rumah keluarga dan ada yang di asrama dan kos-kos.
Partisipasi umat dalam kehidupan menggereja dapat dikatakan tinggi, walaupun masih banyak umat yang belum terlalu melibatkan diri atau keterlibatan yang momental. Hal ini Nampak dalam kegiatan-kegiatan doa atau kegiatan-kegiatan umum  paroki lainnya di  Lingkungan,  KBG ataupun di tingkat paroki.  Partisipasi umat yang tinggi belum diimbangi oleh keaktipan seksi-seksi di DPP. Ada seksi yang sangat giat tetapi ada seksi yang belum melaksanakan tugasnya secara baik karena kesibukan pada tugas utama. Semangat berdevosi umat sangat tinggi hal ini nampak pada parayaan San Juan, Natal dan Pekan Suci. Sekian sering umat lebih mementingkan devosi ketimbang Perayaan liturgi resmi Gereja, hal ini suda mulai mengalami perubahan walaupun perlahan.

Pemahaman umat tentang sakramen Gereja meningkat dari waktu ke waktu dengannya rasa membutuhkan pelayanan sakramen sangat terasa. Hal ini Nampak pada mulai berkurangnya pasangan hidup diluar Nikah bertahun-tahun, Parmandian Anak empat kali setahun dengan jumlah yang besar,  kebutuhan untuk memperoleh sakramen minyak suci merata untuk semua umat yang sakit. Sakramen yang kurang mendapat tanggapan dari  umat adalah sakramen Pengakuan Dosa hal ini dipengaruhi oleh sikap batin umat dan perasaan-perasaan tertentu yang bersifat pribadi serta alas an-alasan yang tidak jelas.
Demikianlah uraian singkat tentang keadaan Paroki San Juan Lebao Tengah dalam ziarah panggilannya sejak tahun 1861 sampai sekarang. Ziarah penghidupan warisan iman yang ilahi dan duniawi tak akan pernah berakhir. Sejumlah gerak maju sudah ditapaki. Mereka tentu sepakat jika bersatu hati di bawah bimbingan Tuhan untuk mengayun langkah membangun masa depan Gereja Paroki San Juan.